Minggu, 21 Maret 2010

KESATUAN DALAM PERSEKUTUAN

(Bacaan Efesus 2: 19; 4 : 1-7, Kolose 3:12-15)

Gereja bukan sekadar organisasi saja, namun Gereja merupakan kumpulan orang percaya yang menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yang lazim diantara mereka yakni hidup bersekutu mempelajari firman Tuhan. Apa beda perusahaan (organisasi) dan gereja? Dalam suatu organisasi kalau salah satu departemennya "mogok" paling-paling yang mogok itu di PHK, kita cari orang lain yang menggantikan, sebab banyak yang sedang antri untuk bekerja. Tetapi di dalam Gereja kalau ada salah satu anggotanya mogok, kita akan usahakan supaya dia kembali. Kita akan berusaha memahami kesulitannya, kita akan mendoakan dia, kita akan menolong dia, kita akan besuk dia, kita akan turut simpati keadaannya. "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah" (Efesus 2:19). Kesatuan dan kebersamaan orang-orang percaya di dalam Kristus disebut persekutuan.

Kata yang dipakai untuk persekutuan dalam bahasa Yunani adalah koinonia yang berasal dari kata dasar koinos yang berarti lazim atau umum. Artinya berkaitan dengan kebersamaan. Adapun kata lain yang dihubungkan dengan koinonia, yakni koinonos yang berarti, "sekutu" atau "kawan sekerja." Kata lainnya yang seringkali dikaitkan dengan koinonia adalah allelous ( berarti satu terhadap yang lain). Kata ini dipakai dengan pengertian "hubungan yang timbal balik". Yesus berkata "Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu, supaya kamu saling mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu, dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yohanes 13:34-35).

Apa saja yang harus ada di dalam menjalin Kesatuan dalam persekutuan Kristen?

1. Harus saling mengasihi

Kebenaran ini ditemukan di dalam perintah baru yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam Yohanes 13 (lihat kutipan di atas). Hal saling mengasihi tidak hanya terdapat dari Injil dan surat-surat Yohanes (13:34-35; 15:12, 17 cf, 1 Yohanes 3:11,23; 4,7 11-12 dan 1 Yoh 5) melainkan dalam surat-surat Paulus juga ”Janganlah berhutang apapun kepada siapa juga, kecuali berhutang kasih terhadap satu sama lain, sebab orang yang mengasihi sesama manusia sudah memenuhi semua hukum Musa” (Roma 13:8 BIS ; 1 Tes 3:12 dan 4:9).

Mengasihi bukan hanya sekadar simpati saja ataupun dalam perkataan saja. Kasih itu dinyatakan dalam "perkataan" dan "perbuatan". Yohanes mengatakan " Anak-anakku, janganlah kita hanya sekadar mengatakan bahwa kita mengasihi orang lain; marilah kita sungguh-sungguh mengasihi mereka dan menunjukkan kasih kita dengan perbuatan kita" ( 1 Yohanes 3:18). Semua ini dapat dilakukan dengan cara praktis seperti pemberian uang ataupun makanan kepada saudara-saudara seiman yang membutuhkan. Saling mengasihi merupakan suatu tanda bahwa orang-orang Kristen adalah benar-benar pengikut Kristus. Kita tidak mungkin bersekutu tanpa adanya kasih.

2. Harus saling melayani

Tuhan Yesus adalah teladan kita dalam pelayanan. Dia memperlihatkan keteladanan seorang hamba dengan menanggalkan jubahnya, dan berpakaian seperti seorang hamba membasuh kaki murid-murid-Nya. "Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah kuperbuat kepadamu" (Yoh 13:15). Pelayanan adalah akibat dari kasih, sehingga ada orang mengatakan "engkau bisa melayani tanpa kasih, tetapi engkau tidak bisa mengasihi tanpa melayani." Paulus sendiri pernah mengatakan "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (lihat Galatia 5 :13).

3. Harus saling membantu menanggung beban

"Hendaklah kalian saling membantu menanggung beban orang supaya dengan demikian kalian mentaati perintah Kristus." (Galatia 6:2). Perintah ini merupakan perintah praktis yang dirangkai oleh Paulus secara relasional. Gereja adalah Keluarga Allah, dimana orang-orang Kristen itu merupakan anggota Keluarga Allah, keyakinan ini seharusnya tidak berhenti dalam suatu teori yang mati atau dalam perdebatan teologis, melainkan harus teraplikasi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap orang percaya yang hidup dalam persekutuan mestinya memiliki karakter-karakter dasar Kristiani yakni rendah hati, lemah lembut, sabar dan mengasihi. Karakter dasar itulah yang memungkinkan kita turut merasakan kesulitan orang lain, bukan hanya itu kita juga akan membantu mereka.

4. Harus saling mengampuni

Mengampuni dan melupakan adalah dua hal yang berbeda. Orang yang melupakan saja belum tentu mengampuni, tetapi yang paling penting adalah walaupun kita tidak melupakannya tetapi ada pengampunan. Tuntutannya dalam satu tubuh Kristus yang hidup dalam persekutuan adalah saling mengampuni. Bagaimana kita bisa bersekutu dengan tenang, kalau di depan kita masih ada musuh.

Suatu sore saya pulang dari gereja di Surabaya, udara waktu itu sangat panas dan saya merasa haus, lalu saya melihat di kulkas masih sisa sebuah Mangga, kan di sana terkenal mangga manalagi. Lalu langsung saja tangan saya meraih mangga itu dan ambil pisau untuk mengupas kulitnya, namun karena terburu-buru, kupasan pertama saja telah melukai tangan saya. Karena mangga itu begitu enak, maka dengan tangan yang sudah tergores pisau, darah mengalir sedikit, tangan saya tetap saja memegang mangga, sekarang tanpa mengupas kulitnya langsung saja dimakan. Pertanyaannya, tatkala tangan kanan saya memotong tangan kiri saya, apakah tangan kiri saya langsung akan membalas menggores tangan yang kanan? Tentu tidak saudara, mengapa? Karena akan terjadi kesakitan lebih mendalam lagi. Demikian juga kita yang merupakan anggota tubuh Kristus, semakin kita saling menyakiti maka semakin sakit, itu sebabnya Paulus mengingatkan kita, "Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu" (lihat Efesus 4:31-32 cf. Kolose 3:12-13 dan kembali ke Efesus 4:1-3).

5. Harus saling mengaku dosa dan saling mendoakan

"Hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh...(Yakobus 5:16). Seorang Kristen boleh mengaku dosanya kepada yang lain dan menerima bahwa dosanya itu telah diampuni oleh Yesus (lihat 1 Yohanes 1:9). Konsep keimaman orang-orang percaya sangat penting di sini, namun dalam praktek kehidupan sehari-hari, jarang sekali orang-orang Kristen mengaku dosanya kepada saudara seiman. Orang-orang tidak percaya satu dengan yang lain, nah kalau ada itu dalam kesatuan tubuh, itu artinya ada masalah. Kalau misalnya tangan saya yang tergores pisau gara-gara mangga harum manis itu tidak boleh diketahui sakitnya oleh tubuh bagian yang lain, maka itu berarti ada masalah, mungkin karena ada urat yang kejepit atau yang terpotong. Yakobus mencatat dalam suratnya bahwa "doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Yak 5:16b).

6. Harus saling menasihati

Menasihati sesama tidak perlu sampai dengan memakai gaya emosi atau marah besar, cukup dengan bisik-bisik. Mengapa demikian? Sebab jujur saja tidak semua orang mau dinasehati. Karena semua merasa lebih dari pada yang lain. Sebagai tubuh Kristus, anggota keluarga Allah tidak bisa demikian, semua harus tumbuh dan sama merata sesuai dengan keberadaannya. Jikalau ada seorang anak, yang tubuhnya mulai besar, lalu tangannya dan kakinya serta kepalanya tetap kecil, maka sebagai orang tua, ia akan bawa anak ini ke dokter, untuk mengobatinya, karena itu abnormal, tidak mestinya demikian. Demikian juga kalau ada salah satu anggota tubuh kita bersalah (sakit), perlu diobati = dinasehati.

7 . Harus saling menghiburkan

Mana lebih gampang "menangis bersama atau bersukacita bersama"? Tidak gampang ikut bersuka-cita dengan orang lain, tatkala orang lain berhasil, tatkala orang lain sukses, sering kali yang ada dalam pemikiran kita adalah, mengapa bukan saya yang sukses? Mengapa bukan saya yang berhasil? Keegoisan kita begitu berpengaruh dalam kehidupan kita, sehingga sulit menerima kesukacitaan orang lain. Rasaul Paulus hendak menghancurkan tembok keegoisan itu.

Mari kita baca! 1 Tesalonika 4: 18 "Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain". Orang-orang di Tesalonika pada waktu itu kebingungan tentang kedatangan Kristus sehubungan dengan kematian beberapa orang dari antara mereka. Tetapi Paulus menjelaskan bahwa kedatangan Yesus tidak hanya menyangkut orang-orang yang masih hidup melainkan orang-orang mati juga. Mari, salinglah menghibur.

Kiranya melalui tulisan ini, setiap kita rindu meyatukan diri dalam persekutuan, dengan kesatuan kita akan kokoh, kuat dan tak tergoyah. Masih ingatkah anda akan Bhinneka Tunggal Ika? Bersatu kita teguh, bercerai kita rubuh. (Saumiman Saud - JNM) 


0 komentar:

Posting Komentar