Kata ‘setia’ (bahasa Yunani: pistos) berarti seorang yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Seseorang yang memiliki keyakinan yang sangat dalam dan sekaligus memiliki tanggungjawab yang besar di dalam hidupnya. Ada yang berkata, ‘bukan langkah awal tapi akhir. Memang harus diakui, pada langkah awal biasanya seseorang itu semangatnya luar biasa tetapi ketika persoalan dan tantangan hadir di dalam hidupnya (keluarga, pekerjaan, sekolah atau pelayanan) mulai melemah dan bahkan mandeg. Ada benar juga pernyataan raja Salomo yang mengatakan demikian, “ Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya” (Amsal 20:6).
Rupanya kesetiaan adalah kata yang sangat sulit diwujudnyatakan dalam hidup ini. Karena yang ada pada diri kita adalah kehidupan ‘kata sarcha’, yaitu kehidupan yang dikuasai oleh tabiat manusia paling rendah. Kecenderungannya menghasilkan sesuatu yang jelek. Tetapi di dalam Kristus kehidupan kita memiliki ‘kata Christon’, yaitu kehidupan yang dikuasai oleh Kristus atau ‘kata pneuma’, yaitu kehidupan yang dikuasai oleh kehadiran Roh Kudus.. Memahami hal ini betapa perlunya kita memiliki hidup yang dikuasai oleh Kristus atau bersedia dipimpin oleh Kristus. Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia, “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16). Kepada jemaat Efesus beliau memerintahkan agar jemaat Efesus dipenuhi oleh Roh Kudus senantiasa (Efesus 5:18). Kepenuhan oleh Roh Kudus dapat dilihat dari sikap hidupnya, yaitu kesetiaannya, karena salah satu dari buah dari Roh Kudus adalah ‘kesetiaan’ (Galatia 5:22).
Mengapa kita harus setia? Karena Tuhan kita adalah setia (I Kor.1:9). Seandainya Tuhan Yesus tidak setia, apa yang akan terjadi? Kita tak mungkin menikmati hidup. Keselamatan di dalam Tuhan tak akan pernah terwujud. Ia setia, sampai mati di atas kayu salib (Fil.2:8) dan hasilnya adalah memberi jaminan hidup yang kekal bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya (Yoh.5:24).
Belajar dari Gereja Smirna
Jemaat di Smirna memberi contoh yang baik bagi kita. Mereka menderita, sangat miskin (tidak punya apa-apa), namun Alkitab katakan bahwa mereka kaya. Di dalam penderitaan, Allah tetap hadir dalam hidup mereka. Allah tahu apa yang sedang mereka gumuli. Sebab itu Tuhan minta kepada mereka agar tetap setia, karena mahkota ada kaitan erat dengan kesetiaan kita.
Bagaimana pujian Tuhan terhadap jemaat Smirna? ”Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.” (Wahyu 2:9).
Ada 2 kata Yunani untuk kata miskin, yaitu penes dan ptokheia. Kata ’penes’ menunjuk kepada orang yang sama sekali tidak mempunyai sisa atau kelebihan. Kata yang digunakan dalam ayat ini adalah ’ptokheia’ yang berarti sama sekali tidak punya apa-apa, sangat miskin; lebih parah dari kata penes. Kata ’kesusahan’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata ’thlipsis’ yang berarti pengaiayaan. Pada masa itu, gereja mengalami penganiayaan yang sangat hebat dari Kerajaan Romawi. Bukan hanya penganiayaan fisik saja tetapi juga mengalami penganiayaan secara ekonomi yang menyebabkan mereka menjadi sangat miskin. Saat itu, jika masyarakat mengetahui bahwa seseorang adalah pengikut Kristus, mereka akan ditangkap, dianiaya atau mereka akan dikucilkan dari masyarakat. Para pedagang Kristen diboikot barang dagangannya sehingga tidak ada yang mau membeli barang mereka. Sehingga banyak dari mereka menjadi miskin. Padahal kota Smirna adalah kota yang begitu kaya, maka diduga bahwa mereka yang bergabung dalam jemaat Kristus menjadi miskin, bukan karena lapisan masyarakat mereka rendah, tetapi karena dianiaya. Namun di dalam kesusahan dan kemiskinan mereka, roh mereka semakin diteguhkan oleh Roh Kudus. Mereka mengalami kebangkitan rohani. Mereka bersuka cita karena mereka boleh dianiaya oleh karena Tuhan Yesus. Dan kasih mereka kepada Kristus semakin bertambah-tambah. Karena itu walaupun mereka miskin secara materi tetapi mereka kaya secara rohani.
Peringatan & Janji
Wahyu 2:10 ”Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Untuk menghadapi penderitaan lebih lanjut, Tuhan Yesus memberi peringatan: ”Jangan Takut!” Sebenarnya untuk terjemahan tepat ditulis ’Jangan takut lagi!”, menggunakan istilah ’lagi’ karena pemakaian bentuk Present Imperative, pada kata ’takut’ (fobou) dari kata ’fobeo’ yang berarti ’waktu itu mereka sedang takut’. Sangatlah wajar demikian, karena beberapa anggota jemaat akan dilemparkan ke dalam penjara. Zaman itu, kalau orang dipenjarakan, biasanya mereka disiksa atau mereka hanya dapat menantikan waktu dimana mereka akan dihukum mati.
Tuhan Yesus minta, ’setialah sampai dibunuh?’ Tuhan Yesus berani karena Dia sendiri sudah setia sampai mati, dan Dia sudah hidup kembali. Tuhan Yesus layak menuntut kesetiaan yang sedemikian berdasarkan salib-Nya sendiri. Kesetiaan yang diminta dengan kata ’sampai mati’ (Yunani: akhri thanatou) dapat berarti ’setialah selama kamu hidup, sampai titik akhir hidupmu, sampai kamu meninggal’. Istilah ’sampai’ menitikberatkan waktu, seperti Wahyu 2:25; atau ’setialah dalam penganiayaan sampai / yang seberat pembunuhan’, istilah sampai menitiberatkan derajat, seperti Kis.22:4, Wah.12:11.
Di dalam penderitaan, Tuhan Yesus meyakinkan mereka bahwa Ia mengetahui rencana-rencana Setan dan Ia ada dalam pengawasan menyeluruh dari keadaan. Memang, beberapa dari mereka akan dipenjarakan tetapi penderitaan mereka tidak akan lama, ’sepuluh hari’ yang berarti ’suatu waktu singkat’ (bd.Kej.24:55; Kis.25:6). Hal yang penting adalah kesetiaan, berdiri, tetap teguh di dalam Kristus, penderitaan atau ancaman apa pun dihadapi. Ya, kesetiaan mendatangkan ’mahkota kehidupan’ yaitu mahkota yang akan kita terima kelak saat berjumpa kembali dengan Tuhan Yesus.
Sebagai aplikasi, saat ini bila kita goyah, kesetiaan kita mulai melemah dan bahkan kita mulai menjauh dari Tuhan. Mari, kembalilah kepada-Nya. Tuhan Yesus minta agar kita tetap setia! Karena Dia juga tetap setia kepada kita. Selamat Setia!
Rupanya kesetiaan adalah kata yang sangat sulit diwujudnyatakan dalam hidup ini. Karena yang ada pada diri kita adalah kehidupan ‘kata sarcha’, yaitu kehidupan yang dikuasai oleh tabiat manusia paling rendah. Kecenderungannya menghasilkan sesuatu yang jelek. Tetapi di dalam Kristus kehidupan kita memiliki ‘kata Christon’, yaitu kehidupan yang dikuasai oleh Kristus atau ‘kata pneuma’, yaitu kehidupan yang dikuasai oleh kehadiran Roh Kudus.. Memahami hal ini betapa perlunya kita memiliki hidup yang dikuasai oleh Kristus atau bersedia dipimpin oleh Kristus. Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia, “hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging” (Galatia 5:16). Kepada jemaat Efesus beliau memerintahkan agar jemaat Efesus dipenuhi oleh Roh Kudus senantiasa (Efesus 5:18). Kepenuhan oleh Roh Kudus dapat dilihat dari sikap hidupnya, yaitu kesetiaannya, karena salah satu dari buah dari Roh Kudus adalah ‘kesetiaan’ (Galatia 5:22).
Mengapa kita harus setia? Karena Tuhan kita adalah setia (I Kor.1:9). Seandainya Tuhan Yesus tidak setia, apa yang akan terjadi? Kita tak mungkin menikmati hidup. Keselamatan di dalam Tuhan tak akan pernah terwujud. Ia setia, sampai mati di atas kayu salib (Fil.2:8) dan hasilnya adalah memberi jaminan hidup yang kekal bagi siapa saja yang percaya kepada-Nya (Yoh.5:24).
Belajar dari Gereja Smirna
Jemaat di Smirna memberi contoh yang baik bagi kita. Mereka menderita, sangat miskin (tidak punya apa-apa), namun Alkitab katakan bahwa mereka kaya. Di dalam penderitaan, Allah tetap hadir dalam hidup mereka. Allah tahu apa yang sedang mereka gumuli. Sebab itu Tuhan minta kepada mereka agar tetap setia, karena mahkota ada kaitan erat dengan kesetiaan kita.
Bagaimana pujian Tuhan terhadap jemaat Smirna? ”Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu -- namun engkau kaya -- dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis.” (Wahyu 2:9).
Ada 2 kata Yunani untuk kata miskin, yaitu penes dan ptokheia. Kata ’penes’ menunjuk kepada orang yang sama sekali tidak mempunyai sisa atau kelebihan. Kata yang digunakan dalam ayat ini adalah ’ptokheia’ yang berarti sama sekali tidak punya apa-apa, sangat miskin; lebih parah dari kata penes. Kata ’kesusahan’ dalam bahasa Yunani menggunakan kata ’thlipsis’ yang berarti pengaiayaan. Pada masa itu, gereja mengalami penganiayaan yang sangat hebat dari Kerajaan Romawi. Bukan hanya penganiayaan fisik saja tetapi juga mengalami penganiayaan secara ekonomi yang menyebabkan mereka menjadi sangat miskin. Saat itu, jika masyarakat mengetahui bahwa seseorang adalah pengikut Kristus, mereka akan ditangkap, dianiaya atau mereka akan dikucilkan dari masyarakat. Para pedagang Kristen diboikot barang dagangannya sehingga tidak ada yang mau membeli barang mereka. Sehingga banyak dari mereka menjadi miskin. Padahal kota Smirna adalah kota yang begitu kaya, maka diduga bahwa mereka yang bergabung dalam jemaat Kristus menjadi miskin, bukan karena lapisan masyarakat mereka rendah, tetapi karena dianiaya. Namun di dalam kesusahan dan kemiskinan mereka, roh mereka semakin diteguhkan oleh Roh Kudus. Mereka mengalami kebangkitan rohani. Mereka bersuka cita karena mereka boleh dianiaya oleh karena Tuhan Yesus. Dan kasih mereka kepada Kristus semakin bertambah-tambah. Karena itu walaupun mereka miskin secara materi tetapi mereka kaya secara rohani.
Peringatan & Janji
Wahyu 2:10 ”Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Untuk menghadapi penderitaan lebih lanjut, Tuhan Yesus memberi peringatan: ”Jangan Takut!” Sebenarnya untuk terjemahan tepat ditulis ’Jangan takut lagi!”, menggunakan istilah ’lagi’ karena pemakaian bentuk Present Imperative, pada kata ’takut’ (fobou) dari kata ’fobeo’ yang berarti ’waktu itu mereka sedang takut’. Sangatlah wajar demikian, karena beberapa anggota jemaat akan dilemparkan ke dalam penjara. Zaman itu, kalau orang dipenjarakan, biasanya mereka disiksa atau mereka hanya dapat menantikan waktu dimana mereka akan dihukum mati.
Tuhan Yesus minta, ’setialah sampai dibunuh?’ Tuhan Yesus berani karena Dia sendiri sudah setia sampai mati, dan Dia sudah hidup kembali. Tuhan Yesus layak menuntut kesetiaan yang sedemikian berdasarkan salib-Nya sendiri. Kesetiaan yang diminta dengan kata ’sampai mati’ (Yunani: akhri thanatou) dapat berarti ’setialah selama kamu hidup, sampai titik akhir hidupmu, sampai kamu meninggal’. Istilah ’sampai’ menitikberatkan waktu, seperti Wahyu 2:25; atau ’setialah dalam penganiayaan sampai / yang seberat pembunuhan’, istilah sampai menitiberatkan derajat, seperti Kis.22:4, Wah.12:11.
Di dalam penderitaan, Tuhan Yesus meyakinkan mereka bahwa Ia mengetahui rencana-rencana Setan dan Ia ada dalam pengawasan menyeluruh dari keadaan. Memang, beberapa dari mereka akan dipenjarakan tetapi penderitaan mereka tidak akan lama, ’sepuluh hari’ yang berarti ’suatu waktu singkat’ (bd.Kej.24:55; Kis.25:6). Hal yang penting adalah kesetiaan, berdiri, tetap teguh di dalam Kristus, penderitaan atau ancaman apa pun dihadapi. Ya, kesetiaan mendatangkan ’mahkota kehidupan’ yaitu mahkota yang akan kita terima kelak saat berjumpa kembali dengan Tuhan Yesus.
Sebagai aplikasi, saat ini bila kita goyah, kesetiaan kita mulai melemah dan bahkan kita mulai menjauh dari Tuhan. Mari, kembalilah kepada-Nya. Tuhan Yesus minta agar kita tetap setia! Karena Dia juga tetap setia kepada kita. Selamat Setia!
0 komentar:
Posting Komentar