“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat..” (Wahyu 2:2-5).
KELEBIHAN JEMAAT EFESUS (WAHYU 2:2-3)
Jemaat Efesus adalah jemaat yang melayani! Hebat, mungkin itu kesan kita! Ya, memang tak gampang jemaat memiliki semangat melayani. Karena banyak jemaat tutup mata atau masa bodoh tentang pelayanan. Kalau toh ada yang membuka diri karena namanya tercantum sebagai pengurus gereja, namun cuman pandai rapat alias ngomong tetapi tidak ada wujud nyatanya. Dan lagi ada jemaat yang hanya pandai mengkritik dan mencari-cari kesalahan para pelayan Tuhan.
Bagaimana dengan jemaat Efesus? Jemaat ini adalah satu jemaat yang sibuk ”melayani”, sibuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dari Tuhan. Tak diragukan bahwa jadwal mingguan diisi dengan kegiatan-kegiatan. Mereka berani BERKORBAN, karena kata ’jerih payahmu’ yang dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata ’kopos’ menunjuk kepada pekerjaan yang begitu berat sampai keringat keluar. Memang mereka bekerja keras sampai pada titik kelelahan / kepayahan. Orang-orang percaya di Efesus membayar suatu harga untuk melayani Tuhan. Mereka adalah jemaat yang SETIA, karena perkataan ’ketekunanmu’ (kata Yunani: hupomone) mengandung pengertian daya tahan dalam pencobaan, tidak gampang menyerah karena keadaan, tetap sabar meski sedang berada didalam tekanan. Mereka tetap berjuang meski perjuangan itu berat dan sukar adanya. Dalam ayat 3 dikatakan mereka sabar dan menderita oleh karena nama Kristus. Jarang ada jemaat yang begitu rajin, bahkan sampai menderita. Ya, banyak saya lihat, para aktivis gereja, kalau diawal semangatnya minta ampun tetapi kalau sudah diperhadapkan dengan masalah mulai kelihatan ’siapa sebenarnya’: lepas tangan atau tutup mata atas apa yang sudah dipercayakan, dalam arti ngambek alias mutungan. Maaf kata, kalau kita mau jujur, kita cuman ingin disenangkan tapi nggak siap untuk disakiti. Selama kita bersedia untuk menanggalkan keakuan kita, saya yakin kita akan mampu. Meski saat ini kita sedang diperhadapkan dengan persoalan, kita akan berusaha untuk tetap setia dan menyenangkan hati-Nya. Tuhan sedang mencari orang-orang semacam ini!
Di samping itu jemaat Efesus adalah jemaat yang BERPEGANG TEGUH DALAM PENGAJARAN. Mereka tak gampang ditipu oleh guru-guru palsu. Pokoknya mereka memiliki doktrin yang sangat kuat (Cf.Wahyu 2:6). Ajaran buruk mereka tolak dan rasul palsu pun tidak mereka terima. Bagi mereka, tak ada peluang untuk segala ajaran sesat. Jadi, jemaat Efesus adalah jemaat yang giat dari segi pelayanan dan murni dari segi pengajaran.
TUHAN MELIHAT HATI.
Membaca Wahyu 2:4: ” Namun Aku mempunyai sesuatu terhadap engkau: bahwa engkau telah meninggalkan kasihmu yang pertama.” Tuhan kritik mereka. Jemaat yang sibuk, berani berkorban dan mempunyai sikap waspada terhadap ajaran yang begitu ketat, namun jemaat Efesus sudah meninggalkan kasih mereka yang mula-mula. Mereka membenci ajaran yang sesat. Kuasa kebencian sudah memadamkan KASIH dalam jemaat Efesus. Hati mereka terhadap Tuhan sudah agak dingin, mereka benar-benar menderita persoalan hati. Mereka melakukan segala pekerjaan tetapi kualitas ini tak didorong oleh suatu kasih kepada Kristus. Memang apabila pekerjaan jerih payah, dan ketekunan tak didasari dengan iman, kasih dan pengharapan, maka segala usaha kita menjadi sia-sia. Belajarlah dari jemaat Tesalonika (I Tes.1:3).
Apakah kasih semula? Itulah kesetiaan kepada Kristus yang begitu sering mencirikan seseorang yang baru percaya: sungguh-sungguh, pribadi, tidak merintangi, bergembira dan dipertunjukkan secara terbuka. Itulah KASIH BULAN MADU (Honeymoon) dari suami dan istri (Yeremia 2:1-2). Walaupun adalah benar bahwa kasih pernikahan yang dewasa makin berakar dan bertumbuh lebih kaya, adalah juga benar bahwa seharusnya tidaklah pernah kehilangan kesukacitaan dan keajaiban dari hari-hari dan malam-malam honeymoon itu. Bila suami dan istri mulai menganggap masing-masing benar dan kehidupan menjadi suatu kebiasaan sehari-hari maka pernikahan sedang berada di dalam ancaman bahaya.
Hanya pikirkanlah ini: adalah mungkin untuk melayani, berkorban dan menderita ’untuk nama saya’, dan belum sesungguhnya mengasihi Tuhan Yesus! Orang-orang percaya di Efesus begitu sibuk mempertahankan pemisahan mereka sehingga mereka mengabaikan pujian bagi Tuhan. Pekerjaan atas jerih payah bukanlah pengganti untuk kasih; kemurnian bukanlah juga suatu pengganti untuk belas kasihan. Jemaat harus mempunyai keduanya bila jemaat harus menyenangkan hati-Nya. Kasih kepada Kristus tak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama manusia (I Yoh.4:20). Kalau kita tengok kembali sejarah misi gereja di Efesus di dalam Kis.19:10, semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan. Mereka antusias untuk menjadi murid dan sekaligus menjangkau orang-orang yang terhilang bagi Tuhan. Rupanya sekarang, semangat mereka untuk Pengabaran Injil mulai luntur.
Pengalaman gereja Efesus dapat kita bandingkan dengan pengalaman Marta. Marta ditegor Tuhan Yesus (Lukas 10:38-42). Marta sibuk melayani, sementara Maria telah memilih bagian yang terbaik. Marta mengabaikan relasi, hubungan pribadinya dengan Tuhan. Pentingnya kasih sering ditekankan oleh Alkitab. Bagaimanakah kasih kita kepada Tuhan? Masihkah kita mengasihi-Nya atau mungkin kita lebih mengasihi diri kita secara berlebihan.
Apa kata Tuhan? ”Sebab itu, ingatlah dari mana engkau telah jatuh, dan bertobatlah, dan lakukanlah perbuatan-perbuatan yang pertama, dan jika tidak, Aku datang kepadamu secepatnya dan akan memindahkan kaki pelitamu dari tempatnya, jika engkau tidak bertobat.” (Wahyu 2:5). Bila kita telah meninggalkan kasih semula, mari kita perbaiki diri dengan mengikuti tiga perintah untuk kita laksanakan:
- Kita harus terus menerus mengingat apa yang telah hilang dari kita dan mengolah suatu keinginan untuk mendapatkan kembali hubungan yang erat itu.
- Kita harus bertobat: mengubah pikiran kita dan mengakui dosa-dosa kita pada Tuhan.
- Kita harus mengulangi pekerjaan-pekerjaan pertama yang menyatakan memperbaiki persekutuan semula yang telah terputus karena dosa dan kelalaian kita, bagi orang percaya ini berarti: doa, pembacaan Alkitab, dan Saat Teduh, pelayanan yang taat, dan penyembahan.
0 komentar:
Posting Komentar